Facebook Dominasi Aplikasi Paling Banyak Didownload 2014

Facebook tampaknya mulai menancapkan pengaruhnya dalam pasar iklan menantang Google. Laporan keuangan terbaru mereka menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan mereka berasal dari iklan mobile. Selain itu trend pengguna Facebook terus bertambah dibandingkan tahun lalu meskipun ada kekhawatiran para remaja tidak lagi menggunakan Facebook dan beralih ke Instagram (masih milik Facebook) atau SnapChat.

Hal yang melegakan bagi Facebook adalah terkait dengan akuisisi yang dilakukannya terhadap Instagram dan WhatsApp. Data dari analis aplikasi App Annie menunjukkan posisi aplikasi yang paling banyak didownload di seluruh dunia dikuasai oleh Facebook. App Annie mengumpulkan jumlah download aplikasi dari dua pasar aplikasi terbesar saat ini yaitu Google Play Store dan Apple App Store. Dari kedua pasar aplikasi tersebut aplikasi milik Facebook mendominasi posisi 1 sampai dengan 4 dengan urutan satu ditempati oleh Facebook Messenger, posisi kedua Facebook, posisi ketiga WhatsApp Messenger, dan posisi keampat Instagram. Bila kita lihat daftar tersebut sekian banyak pengguna smartphone dunia bergantung dari satu pemilik aplikasi yaitu Facebook. Tampaknya aplikasi sosial sudah mutlak dikuasai oleh Facebook.

Posisi kelima ditempati oleh Skype dari Microsoft, dan posisi selanjutnya berturut-turut adalah Clean Master, Viber, Line, Twitter, dan SnapChat. Namun dari sisi pendapatan, aplikasi LINE dari Jepang menempati posisi pertama. Aplikasi LINE sangat populer di kawasan Asia. Sementara aplikasi kembaran LINE, yaitu LINE Play berada di posisi ketiga dalam hal pendapatan.

Laporan App Annie juga menunjukkan game mana yang memperoleh download terbanyak di Android dan iOS. Candy Crush Saga menempati posisi pertama sebagai game yang paling banyak didownload sepanjang tahun 2014. Posisi berikutnya ditempati oleh Subway Surfers, My Talking Tom, Farm Heroes Saga, Clash of Clans, Pou, Despicable Me, Temple Run 2, Don't Tap The White Tile, dan Hill Climb Racing. Untuk pendapatan, game yang memperoleh pendapatan tertinggi adalah Clash of Clans meskipun dari sisi download jauh tertinggal dibandingkan Candy Crush Saga.

Bila dilihat di pasar Amerika Serikat, terdapat sedikit perbedaan dalam hal aplikasi paling banyak didownload sepanjang tahun 2014 baik di Play Store maunpun di App Store. Di pasar AS, Facebook Messenger masih menjadi aplikasi yang paling banyak didownload diikuti oleh Facebook dan Instagram, tetapi WhatsApp Messenger terlempar ke posisi 10. Posisinya digantikan oleh Pandora yang kemudian diikuti oleh SnapChat, Netflix, Skype, Kik Messenger, dan Spotify. Tampaknya di AS, WhatsApp tidak begitu digemari karena ada beberapa aplikasi lain yang lebih menarik seperti Pandora dan Spotify.

App Annie juga melaporkan bahwa Google Play kini sudah melewati App Store dalam jumlah download, yaitu 60% lebih banyak dibandingkan App Store, namun App Store masih lebih baik dalam pendapatan, yaitu 70% lebih banyak dibandingkan Play Store.

Sumber: App Annie via GigaOm

Related Posts:

Tanggal 27 Januari One Plus One Dijual di Indonesia

Sumber: One Plus
Akhirnya penantian itu berakhir juga. One Plus One, smartphone Flagship dari One Plus yang diberi julukan Flagship Killer seminggu lagi atau tepatnya tanggal 27 Januari sudah bisa dipesan di Indonesia, eksklusif melalui Lazada.

Kepastian dijualnya One Plus One di Indonesia sebenarnya sudah mulai tercium seminggu yang lalu. Saat itu Kompas Tekno memberitakan bahwa One Plus berencana menjual One Plus One di Indonesia. Namun waktu pastinya belum disebutkan.

Kabar pasti dijualnya One Plus One di Indonesia saya peroleh dari situs Android Police yang mengutip blog One Plus yang secara resmi mengumumkan penjualan One Plus One di Indonesia. Perlu diketahui bahwa One Plus One adalah hot smartphone yang cukup banyak dicari pengguna. Namun dijual terbatas melalui undangan. Kadang meskipun tidak melalui undangan, seperti beberapa hari yang lalu, jumlah yang dijual juga sangat terbatas.

Padahal sangat banyak review positif dan mengapresiasi One Plus One baik dari sisi desain, spesifikasi, kinerja dan yang terpenting harganya yang sangat murah untuk sebuah smartphone flasgship.

One Plus One ditawarkan dalam dua versi ROM, yaitu 16GB dengan harga 299 USD dan 64GB dengan harga 349 USD. Untuk sebuah smartphone kelas atas harga ini sangat murah. Perhatikan saja spesifikasinya yang gahar dengan RAM 3GB, dan kamera beresolusi 13 megapiksel. Belum lagi desain dan layarnya yang 5,5 inchi dengan prosesor Snapdragon 801 2.5GHz Quad-core plus GPU Adreno 330.

Saya rasa One Plus One ini secara harga dan spesifikasi lebih baik dibandingkan dengan beberapa smartphone kelas atas seperti Galaxy S5 dan LG G3. Dan tidak mengherankan, harga yang murah dengan spesifikasi hampir sama dengan yang harganya hampir dua kali lipat One Plus One membuat konsumen sangat menginginkan One Plus One.

Tampaknya kebijakan harga murah tersebut juga sampai di Indonesia. Bekerja sama dengan Lazada, One Plus menjual One Plus One warna hitam degan ROM 64GB hanya Rp4.499.000,00. Jauh lebih murah dibandingkan dengan smartphone flagship lainnya.

Tentunya untuk dapat membeli One Plus One ini perlu usaha ekstra. Saya rasa metode penjualannya adalah flash sale, dimana peminat akan mendaftar terlebih dahulu di Lazada. Setelah mendaftar barulah bisa ikutan flash sale dengan undangan khusus dari Lazada dan mungkin juga ada ketentuan siapa cepat dia dapat. Sejauh ini tidak diketahui berapa unit One Plus One yang akan dijual. Semoga saja jumlahnya lebih dari 10.000 unit agar pengguna yang penasaran dapat memilikinya.

So, siapkan uang Anda pada tanggal 27 Januari 2015. Bakal rugi jika tak bisa memperoleh smartphone bagus nan murah ini.

Related Posts:

Google Glass Is Death

Model menggunakan Google Glass
Isu akan suramnya masa depan Google Glass telah bergulir jauh sebelum memasuki tahun 2015. Bila kita kembali ke tahun 2013 saat smart gadget ini pertama kali tersedia untuk Glass Explorer, Google sudah sangat hati-hati dalam memasarkannya dengan cara membuat program rintisan yang disebut Glass Explorer (bukan Dora The Explorer :D ).

Google pun menjualnya secara bertahap dan terus-menerus memberikan update software dan aplikasi yang tampaknya mulai banyak tertarik untuk mencoba hadir di smart gadget yang digadang-gadang sangat prestesius oleh Google dan banyak kalangan lainnya.

Peluncurannya juga sangat wah dengan melibatkan beberapa penerjun yang langsung dipimpin oleh co-founder Google Sergey Brin. Tentunya Google sangat berharap, Google Glass memberikan Google beberapa langkah di depan para pesaingnya terutama soal  device yang tidak dimiliki oleh para pesaing seperti Apple Inc.

Hampir dua tahun berlalu, pada awalnya Google berharap bisa menjual versi konsumen pada awal tahun 2014 yang lalu, namun hal tersebut tidak terwujud. Alih-alih merilis versi konsumen, Google hanya mampu menawarkan berbagai macam frame yang berbeda dan terus melakukan kampanye termasuk dengan desainer pakaian Diane Furstenberg.

Namun publik terus menanti kapan Google bisa menghadirkan versi publik yang bisa mereka beli dengan harga yang lebih rasional dibandingkan dengan 1.500 USD untuk mereka yang terlibat dalam program Glass Explorer. Nyatanya, sampai dengan tadi malam, saat Google memberitakan bahwa Google Glass telah lulus dari Google X Lab dan kini berada di bawah Tony Fadell (Nest) keinginan tersebut tidak terwujud. Malah banyak yang memperkirakan atau menduga keluarnya Google Glass dari Google X Lab bukan lulus (sebagaimana dikatakan Google), tetapi menuju kematiannya karena kurangnya minat konsumen dan sedikit terjualnya Google Glass.

Sebagai bukan pengguna, saya tentu tidak tahu persis bagaimana kegunaan Google Glass ini. Namun seorang teman asal Indonesia yang tinggal di Amerika menggunakan Google Glass dan saya rasa sejauh ini ia nyaman dengan Google Glass. Saya rasa, Google Glass adalah gadget futuristik yang sangat menarik untuk digunakan karena penggunaannya yang jauh berbeda dibandingkan dengan smartphone sehingga tidak akan mudah bagi Google untuk menghentikan pengembangannya. 

Namun tentu sangat menarik untuk mengetahui mengapa Google Glass tidak berkembang setelah dua tahun diluncurkan?

Banyak hal yang bisa dijadikan alasan. Dari sisi Google saya rasa apa yang telah mereka tempuh dalam pengembangan dan pemasaran Google Glass serta teknologi yang dibawanya sudah sangat hati-hati dan bertahap. Ini terlihat bahwa Google melakukan program Glass Explorer dan mengundang banyak developer untuk membuat aplikasi untuk Glass. Meskipun kemudian beberapa aplikasi kemudian menarik diri karena pengguna yang tidak berkembang, mungkin itu cerita lain.

Saya melihat bahwa konsumen yang belum sepenuhnya siap adalah salah satu faktor mengapa Google Glass untuk publik tidak berkembang. Di awal-awal kemunculannya sangat banyak tempat seperti bar atau bioskop yang melarang pengguna menggunakan Google Glass karena berbagai alasan. Ini semacam sisi negatif yang membuat banyak orang berpikir untuk membeli Google Glass.

Hal ini dengan baik dikemukakan oleh Kevin C. Tofel dalam artikelnya dalam mengomentari dialihkannya proyek Google Glass ke Tony Fadell. 
Society isn’t ready for cameras that are aimed at them when having a face-to-face conversation. It doesn’t matter if the camera is on or not.
Masyarakat bahkan yang sangat maju dalam teknologi sekalipun seperti AS belumlah siap berhadapan atau melakukan percakapan face to face dengan seseorang di mana di mata orang tersebut ada kamera, tidak peduli apakah kamera itu nyala atau mati sekalipun. Kesan bahwa pemakai Google Glass layaknya robot dan kekhawatiran terhadap privasi turut menambah keengganan calon pengguna untuk terlibat memakai Google Glass.

Saya rasa hal ini berdampak jelek bagi pengembangan Google Glass untuk publik sehingga mungkin di bawah Tony Fadell Google Glass akan mencari ceruk lain untuk mengembangkan Google Glass ke depannya. Hal ini sebenarnya sudah diungkapkan oleh salah satu Googler yang bekerja di Google Glass, yaitu Timoty Jordan melalui update-nya di Google Plus.
Glass is graduating from Google[x] labs to focus on the future of Glass.  The Explorer program is closing, but if you need a second, third, or fourth Glass you've got a few more days to buy 'em!  ;)
The team is now working on future versions of Glass. We learned a ton from the Explorer Program and we’re closing it so we can better focus on building what’s next – you’ll see the next version when it’s ready.  At the same time, the Glass at Work program is starting strong and is a great opportunity for development today.
Sebagaiman pernah diungkapkan oleh Eric Schmidt bahwa time frame dari Google Glass paling tidak sekitar 3 tahun semenjak pertama kali dijual, yaitu dari tahun 2013 hingga 2016. Ini artinya masih ada tersedia satu tahun ke depan untuk melihat untuk tujuan apa Google Glass yang pas. Saya rasa Google tidak salah untuk memberikan tanggung jawab pengembangan Google Glass berikutnya kepada Tony Fadell. Namun tentu saja sebuah tantangan yang berat bagi Tony Fadell mengingat beberapa kelemahan dan batasan yang ada di Google Glass saat ini.

Pertanyaan berikutnya tentunya apakah program Google Glass dimatikan oleh Google dengan ditutupnya program Glass Explorer? Saya tidak bisa berspekulasi bahwa Google menutup atau terus melanjutkan program tersebut. Yang jelas program tersebut tidak mati, minimal dalam satu tahun ke depan. Setelah tahun 2016 kita bisa melihat apakah Google akan menghentikan atau meneruskannya.

Related Posts:

Dari Mana Apple Dapat Duit?

Tentu selalu menarik untuk membahas Apple. Di pasar smartphone, perusahaan warisan Steve Jobs ini merupakan satu-satunya perusahaan yang terus memperoleh kenaikan penjualan dan keuntungan. Meskipun hanya menguasai sebagian kecil dari pasar smartphone, Apple boleh berbangga bahwa merekalah yang paling tinggi dalam hal keuntungan. Hal ini tidak terlepas dari harga iPhone yang memang sangat mahal.

Sampai saat artikel ini dipublikasikan iPhone merupakan penyumbang terbesar bagi pendapatan Apple. Hal ini diungkapkan oleh info grafis sederhana yang dibuat oleh Business Insider. 


Dari info grafis di atas dapat dilihat bahwa iPod hanya menyumbang pemasukan bagi Apple sekitar 2,2 miliar dollar, asesoris sebesar 6 miliar dollar, iTunes dan Software 18 miliar dollar, Mac sebesar 24 miliar dollar, iPad 30,2 miliar dollar dan iPhone sebesar 101,9 miliar dollar.

Angka penjualan sebesar 101 miliar dollar tersebut merupakan jauh di atas penjualan iPod, asesoris, iTunes & Software, Mac, dan iPad yang hanya mencapai sekitar 81 miliar dollar. Itu artinya iPhone merupakan urat nadi bisnis Apple sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 2007 yang lalu.

Bila dibandingkan dengan perusahaan lain, jumlah pendapatan Apple berada di posisi ketiga di bawah Walmart dan Exxon Mobile. Namun kedua perusahaan ini bukanlah perusahaan teknologi atau core business mereka bukan berada di bidang teknologi.

Di bidang teknologi, sudah jelas Apple merupakan perusahaan nomor satu dilihat dari sisi pendapatan. Penjualan iPhone saja mengalahkan pendapatan total banyak perusahaan lain seperti Microsoft, Amazon, Google, dan Facebook.

Dengan kondisi tersebut, tidak heran Apple sangat protektif terhadap iPhone. Hal ini bisa kita lihat dari peristiwa video BBC Panorama yang mengorek kondisi pekerja iPhone di Foxconn dan kondisi tambang timah liar di Bangka.

Tim Cook sampai bereaksi bahwa apa yang diungkapkan oleh BBC tersebut ofensif. Namun, peristiwa tersebut bukan sekali dua diungkap ke publik. Sekitar tahun 2012 yang lalu, kondisi tambang dan timah ilegal yang dipasok ke pembuat iPhone juga menjadi konsumsi publik selain kondisi pekerja yang juga buruk.

iPhone dengan harga premium tersebut menjadi tumpuan Apple karena pengguna yang sedemikian terobsesi dengan apa yang Apple kampanyekan. Dengan perkiraan pasar iPad yang diperkirakan akan terus melemah, iPhone akan semakin jadi bisnis paling utama bagi Apple karena permintaannya yang tak pernah menyusut. Ditambah dengan bisnis Mac yang juga tidak begitu baik, meskipun terus menunjukkan pertumbuhan. Namun Apple tetap berada di bawah lima besar dalam pasar PC sebagaimana dirilis oleh IDC.

Saya memperkirakan untuk tahun 2015 ini Apple akan merilis setidaknya dua atau tiga seri iPhone terbaru. Hal ini semakin menjadi lumrah bagi Apple sejak sukses merilis dua iPhone sekaligus, yaitu iPhone 5S dan 5C dua tahun yang lalu. Di tahun 2014 Apple merilis iPhone 6 dan 6 Plus yang berukuran jumbo.

Di tahun 2015 ini sekuel dari iPhone 6 dan 6 Plus kemungkinan akan dirilis oleh Apple plus sebuah iPhone baru berukuran 4 inchi untuk memenuhi permintaan mereka yang kurang nyaman dengan layar 6 Plus yang jumbo. Pengguna di AS tampaknya sangat meminati iPhone 6, tetapi kurang begitu berminat dengan iPhone 6 Plus yang terlalu besar layarnya. Mereka menginginkan ukuran 4 inchi yang bisa dipakai satu tangan sehingga Apple mungkin saja memenuhi permintaan ini. Dengan tiga seri iPhone baru tersebut, nantinya pendapatan Apple  dari iPhone tentu akan terus meningkat.

Related Posts:

Review: ZTE Blade Vec Pro Smartphone Octa Core dari ZTE

Oleh Galeshka untuk Socio Geeks.
Akhir November 2014 yang lalu ZTE meluncurkan tiga handphone terbaru yang akan dipasarkan di Indonesia dari seri ZTE Blade. Ketiga model tersebut adalah ZTE Blade G, ZTE Blade G Lux dan ZTE Vec Pro.

Di kelas paling atas dari perangkat yang dirilis ini adalah ZTE Blade Vec Pro. Mengusung processor octa-core dan layar 5 inchi, handphone ini dibanderol dengan harga Rp 2.499.000,00. Dengan paket penjualan yang berisi:
     Handphone ZTE Blade Vec Pro
     SIM ejector
     Headset
     Charger + kabel USB
     Panduan dan kartu garansi

Spesifikasi dan Software
Prosesor
MTK6592 octa-core 1.4 GHz
Layar
Layar 5-inch IPS HD, resolusi 1280 x 720
RAM
1 GB of RAM
Memory
Internal storage 8 GB dibagi 2 partisi 4 GB Internal Storage & 4 GB Phone Storage
MicroSD Slot up to 32 GB
Kamera
Kamera belakang 13 Megapixel, kamera depan 5 Megapixel
Konektivitas
Dual GSM, Bluetooth, Wi-fi
Radio
FM Radio
Geolocation
AGPS
Baterai
2300 mAh
OS
Android KitKat 4.4.2

Desain dan Hardware
Dari bentuk kemasan ZTE Blade Vec Pro bisa dilihat keseriusan ZTE dalam mendesain produk smartphone-nya secara keseluruhan. Kemasan dengan warna dasar coklat dan tulisan biru ini sederhana namun memberikan citra eksklusif yang menarik.

Tampak Depan ZTE Blade Vec Pro
Desain dari ZTE Blade Vec Pro ini sendiri tidak mengecewakan. Terinspirasi dari bangunan Arc de Triomphe di Prancis, sekalipun material utama yang digunakan untuk body handphone ini plastik, namun secara desain menampilkan citra elegan, dengan dimensi 70.4 x 142.3 x 7.8 mm dan berat hanya 155 gram. Secara keseluruhan fisik dari ZTE Blade Vec Pro ini berbentuk kotak dengan bagian atas dan bawah membulat. Hal ini juga ditunjang dengan build quality yang kokoh secara keseluruhan, sehingga handphone ini terasa mantap untuk dipegang dan tidak mengganggu saat dikantungi.

Bagian Belakang ZTE Blade Vec Pro
 Sisi belakang handphone ini menggunakan bahan plastik dengan corak carbon fiber sehingga nyaman dipegang. Kamera utama 13 Megapixel dengan autofocus ditempatkan di sudut kiri atas, dengan flash tepat dibawahnya. Logo ZTE sendiri ada di bagian tengah atas dan speaker ditempatkan di bagian kanan bawah.

Di sisi kiri terdapat 2 slot untuk microSIM dan satu slot untuk microSD. Untuk memasukkan kartu ke dalam slot-slot tersebut harus menggunakan SIM-ejector yang disertakan dalam paket penjualan. Hal ini mungkin agak menyulitkan mereka yang senang berganti nomor. Kedua SIM card tersebut dapat aktif pada waktu bersamaan, namun hanya SIM card pertama yang dapat terhubung ke jaringan 3G.

Di sisi kanan, terdapat tombol pengaturan volume di bagian atas dan tombol power di bagian tengah. Disisi bawah handphone terdapat jack headset 3.5mm dan jack micro-USB untuk charge dan koneksi ke perangkat lain. ZTE Blade Vec Pro ini juga sudah mendukung USB on the go, sehingga dengan kabel adapter yang sesuai bisa dihubungkan ke berbagai perangkat USB lain, misalnya USB Flashdisk atau mouse.

Port ZTE Blade Vec Pro
Bagian depan dari handphone didominasi oleh layar touchscreen. Kamera sekunder 5 megapixel ditempatkan di bagian kiri atas bersama dengan lampu indikator. Di bagian atas tengah terdapat earpiece dan proximity & light sensor.

Layar dari ZTE Blade Vec Pro sendiri berukuran 5 inch dengan resolusi 1280 x 720 menghasilkan kerapatan pixel 294 ppi. Display ini juga sudah mengadopsi teknologi IPS sehingga dapat menampilkan gambar dengan lebih baik. Secara kualitas, layar ZTE Blade Vec Pro ini cukup baik, baik dalam ruangan maupun di luar ruangan.

Hardware yang dibenamkan dalam handphone ini dimotori oleh prosesor octa-core Mediatek MTK 6592, dengan RAM sebesar 1 GB. Internal memorysebesar 8 GB dibagi menjadi dua partisi, internal storage 4GB dan phone storage sebesar 4 GB. Saat baru, internal storage ini sudah terisi 1.83 GB dengan ruang kosong 1.62 GB. Phone storage sendiri, bisa digunakan seluruhnya untuk data pengguna seperi foto maupun musik. Pengaturan seperti ini agak kurang menguntungkan bagi pengguna yang biasa memasang banyak aplikasi.

Satu masalah utama dengan ZTE Blade Vec Pro ini adalah, konektivitas. Baik dalam jaringan seluler maupun WiFi, koneksi seringkali sangat lambat, bahkan terputus, sekalipun indikator menunjukan adanya koneksi. Dalam pengetesan sederhana, di jaringan WiFi antara dua handphone (ZTE Blade Vec Pro dan Sony Xperia ZL) dalam waktu bersamaan dengan menggunakan aplikasi Speedtest, terlihat bahwa dari 10 kali pengetesan, ZTE Blade Vec Pro gagal menyelesaikan test sebanyak 4x sementara Sony Xperia ZL mampu menyelesaikan keseluruhan test.
TEST
ZTE Blade Vec Pro
Xperia ZL
Ping
Download
Upload
Ping
Download
Upload
Test #1
Failed
Failed
Failed
717
0.46
-
Test #2
782
0.28
0.10
271
0.43
0.12
Test #3
492
0.53
0.17
336
0.28
0.17
Test #4
Failed
Failed
Failed
293
0.47
-
Test #5
402
0.07
0.07
170
0.25
0.10
Test #6
Failed
Failed
Failed
249
0.12
0.08
Test #7
389
0.10
0.07
391
0.15
0.08
Test #8
324
0.12
0.07
364
0.14
0.07
Test #9
602
0.18
0.07
572
0.08
0.09
Test #10
Failed
Failed
Failed
534
0.09
0.14


Secara keseluruhan, sebenarnya kualitas koneksi dari handphone ini cukup baik. Saat tidak terjadi masalah, bahkan bisa lebih cepat daripada handphone pembanding, baik di jaringan WiFi maupun jaringan seluler. Butuh pengetesan yang lebih komprehensif, namun pengetesan sederhana ini menunjukan adanya masalah dalam koneksi di handphone ini. Masalah konektivitas ini juga diulas dalam review di:

Hasil test Antutu ZTE Blade
Vec Pro
Hasil pengetesan hardware dengan menggunakan Antutu Benchmark sendiri menghasilkan score 27.285, sedikit lebih tinggi dibandingkan Xiaomi RedMi Note yang menggunakan prosesor yang sama dengan RAM lebih besar dibandingkan ZTE Blade Vec Pro.
Software dan Aplikasi
Tampilan Layar ZTE Blade
Vec Pro
Mengusung OS Android KitKat 4.4.2, UI yang digunakan dalam handphone ini tidak jauh berbeda dengan UI standard Android Kitkat. Yang menarik adalah untuk membuka pengunci di lockscreen yang pada kebanyakan handphone lain dilakukan dengan swipe, pada ZTE Blade Vec Pro dilakukan cukup dengan menekan bagian tengah selama beberapa saat. Selain itu dari lockscreen, user juga bisa mengakses Google Now dengan melakukan swipe dari bagian bawah layar ke arah atas.

Dari segi aplikasi, ZTE tidak menyertakan aplikasi khusus ke dalam handphone ini walaupun sudah ada beberapa aplikasi yang terpasang secara langsung diantaranya, aplikasi-aplikasi standar Google (GMail, Maps, Google+, Play Store dan lainnya) Kingsoft Office, Notepad, Evernote, Navigate6 dan Clean Master. Aplikasi-aplikasi inipun dapat dengan mudah dihapus, untuk menambah ruang internal memory sehingga dapat digunakan untuk aplikasi lain.

Kamera
Hardware kamera yang dibenamkan ke dalam handphone ini cukup mumpuni, kamera utama 13 Megapixel dengan autofocus dan LED flash, sanggup menghasilkan gambar 4128x3096 pixel dan mampu merekam video 1920x1080 Full HD dengan 30 fps. Kamera sekunder 5 Megapixel yang berada di bagian depan juga jauh lebih baik dibandingkan kebanyakan kamera sekunder yang umumnya diusung handphone lain sekalipun tidak dilengkapi dengan LED flash. Kamera ini sanggup menghasilkan gambar 2560x1920 pixel.

Software standar yang dipasangkan untuk kamera ini pun cukup mumpuni, dengan berbagai opsi pengaturan. Dari layar utama aplikasi kamera ZTE Blade Vec Pro ini terdapat berbagai mode instan yang bisa Anda gunakan yaitu Normal, Live Photo, Motion Track, Face Beauty, Panorama dan Multi Angle View. Tak hanya itu, dalam mode Normal, Anda juga bisa melakukan pengaturan lebih cepat, seperti mengaktifkan Gesture Capture, HDR, Auto Flash, Focus, dan transisi ke kamera depan atau sebaliknya. Masih banyak lagi opsi yang bisa diatur melalui pilihan setting, sampai ke ISO, exposure, pengaturan ukuran gambar dan lain-lain. Hasil gambar dari kamera ini sangat bagus, baik untuk kondisi luar ruangan dengan cahaya yang cukup, maupun dalam kondisi dalam ruangan dengan cahaya yang redup.

Outdoor, terang

Outdoor, Low light. dengan Flash

Outdoor, Low light tanpa Flash

Indoor, Low light dengan Flash
Ondoo Low light tanpa Flash.
Indoor, Full Light.

Baterai
Baterai 2300 mAh yang ditanamkan dalam ZTE Blade Vec Pro tidaklah terlalu besar. Terutama sekali untuk prosesor octa-core yang ada. Namun demikian, ZTE cukup berhasil mengefisienkan penggunaan daya secara keseluruhan. Untuk penggunaan normal, baterai mampu bertahan sampai 14 jam, dengan screen on 3,5 jam. Pada pemakaian yang lebih intensif, dengan menjalankan Ingress, handphone dapat bekerja selama 10.5 jam, dengan screen onmendekati 6 jam. Dari pengalaman penggunaan, ketika handphone dalam keadaan screen off, persentase baterai yang terpakai sangat kecil. Proses charging baterai juga tidak memakan waktu yang terlalu lama, sekitar 1.5 jam untuk mengisi ulang baterai dari 15% ke 100%. Dengan kondisi seperti itu, ZTE Blade Vec Pro dengan baterai berkekuatan 2300 mAh mampu untuk bertahan cukup lama dan efisien.







Kesimpulan
Dengan mengusung prosesor octa-core,secara keseluruhan performa dari ZTE Blade Vec Pro ini sesungguhnya cukup mumpuni. Interaksi baik di homescreen, maupun dalam pergantian aplikasi secara keseluruhan cukup mulus hampir tanpa lag yang berarti. Satu catatan khusus disini, saat pesaingnya yang menggunakan SoC yang sama seperti Xiaomi Redmi Note masih menggunakan Jellybean, ZTE yang sudah mengusung OS Android Kitkat patut diapresiasi. Desain dan konstruksi ZTE Blade Vec Pro juga merupakan pengecualian dari kebanyakan handset buatan China yang seringkali kurang memperhatikan masalah ini. Selain itu kamera yang dibenamkan dalam handphone ini merupakan keunggulan tersendiri, yang bisa menjadi nilai jual bagi mereka yang mencari handphone dengan kualitas baik dengan harga yang terjangkau.

Beberapa hal yang menjadi catatan dari ZTE Blade Vec Pro pengaturan partisi memori yang akan sangat membatasi mengingat besarnya ukuran aplikasi terutama aplikasi games saat ini. Ketika pengguna mencari handphone dengan spesifikasi prosesor octa-core, tentunya mereka mengharapkan untuk bisa menjalankan aplikasi-aplikasi besar terutama game. Dengan pengaturan partisi memori internal seperti ini, tentu akan menyulitkan bagi pengguna untuk memasang banyak aplikasi tersebut. Selain itu masalah konektivitas yang intermittent harus dapat segera dibenahi.  Kemungkinan besar, masalahnya adalah bug dalam sistem radio dari handphone ini, yang seharusnya bisa diatasi dengan update firmware. Tinggal bagaimana kebijakan ZTE dalam masalah update firmware ini yang belum jelas.

Di luar masalah hardware sendiri, banyak hal yang harus dibenahi ZTE untuk bisa masuk ke pasar Indonesia. Yang pertama terkait strategi marketing, terasa sekali bagaimana ZTE masih sangat kurang dalam hal ini, terlihat dari press release dan brosur produk. 

Disaat pesaingnya seperti Xiaomi dan Oppo yang dengan kreatif merancang strategi marketing baik secara online maupun offline, ZTE harus bersaing jika ingin merebut pasar. Dengan produk yang sebenarnya cukup baik, ZTE sudah mempunyai modal awal untuk bisa meraup pasar.


Kelebihan ZTE Blade Vec Pro
* build quality bagus
* hasil kamera bagus
* Value for money dengan harga jual 2,499 juta

Kekurangan ZTE Vec Pro
* Partisi Memori
* Keluhan kadang tidak bisa koneksi
* Informasi produk yang minim

Verdict
Dengan harga terjangkau Rp2,499 juta ZTE Blade Vec Pro ini sangat layak untuk dibeli. 

Related Posts: