Horeee! Kini Bisa Beli atau Sewa Film di Google Play

Google Play Movies
Google Play Movies memperluas cakupan pasarnya ke Indonesia. Sekitar dua atau tiga hari yang lalu, Google secara resmi menambahkan section Movies di Google Play Indonesia. Ini berarti, pengguna Android di Indonesia sudah bisa membeli film-film kesukaan mereka atau menyewanya dengan harga yang lebih murah.

Dirilisnya Google Play Movies ini sebenarnya sebuah langkah yang agak mengejutkan bagi saya karena saya  berharap Google Play Music yang dirilis Google di Indonesia terlebih dahulu. Hal ini karena persaingan di bidang musik seperti lebih ketat dibandingkan dengan film.

Di Google Play Movies pengguna dapat menyewa filn atau membelinya. Harga sewanya pun bervariasi mulai dari Rp19.000,00. Kualitas film yang ditawarkan oleh Google ada dua, yaitu SD dan HD, di mana harga kualitas SD lebih murah dibandingkan dengan HD.

Ada beberapa bagian dari Google Play Movies ini, yaitu New Arrival, Under IDR 20.000, 00 to Rent, Top Selling MoviesRecommended for YouThe World of ImaginationTop Favorite Romantic MoviesComedy TimeAction and AdventureScience Fiction, dan Mystery and SuspenseDengan membagi ke berbagai bagian tersebut tentu Google berharap pengguna bisa lebih mudah menemukan film favorit yang akan ditonton.

Hal yang menarik tentu saja proses pembelian atau peminjaman film di Google Play akan sangat mudah dengan adanya kerja sama Google dengan berbagai operator di Indonesia. Tercatat tiga operator utama, yaitu Telkomsel, Indosat dan XL telah bekerja sama billing dengan Google sehingga pengguna dapat membeli atau menyewa film hanya dengan potong pulsa. Hal ini tentu akan membuat penyewaan atau pembelian film menjadi lebih mudah.





Proses penyewaan film dengan
Bill Operator
Setelah selesai bertransaksi, file film akan didownload dan siap untuk ditonton. Nah menariknya tentu saja film ini akan bisa dinikmati di perangkat lain yang terkoneksi dengan akun pengguna, misalnya Chrome Cast.

Google tentu saja berharap dengan menawarkan Google Play Movies pengguna akan beralih menyewa atau membeli film asli yang harganya kini terus menurun. Usaha ini sekaligus bertujuan untuk mengurangi pembajakan film yang cukup meresahkan. Dengan menyediakan saluran penyewaan dan pembelian yang dapat terjangkau dengan mudah dan harga yang juga relatif lebih murah, pengguna akan tertarik untuk menikmati film yang resmi, tidak lagi menggunakan bajakan.

Segeralah nikmati film pertama Anda dari Google Play ...!

Related Posts:

Ketika Peluang Jadi Walikota Menipis Gara-gara Twitter

Twiiter( Sumber: bt.com)
Tersebutlah dalam beberapa hari ini seorang kandidat yang akan berlaga di Pilkada Serentak pada bulan Desember 2015 yang akan datang tiba-tiba menjadi pembicaraan banyak pengguna Twitter. Bukan karena ia sudah curi start melakukan kampanye, tetapi beberapa tweet masa lalu yang cenderung bernada kasar, memojokkan dan (kata orang) rasis.

Nama kandidat ini tentu sudah tidak asing bagi banyak pengguna Twitter karena semenjak sebelum Pilpres sudah lalu lalang di lini masa. Anda pasti kenal dengan calon Walikota ini. Bagi saya yang tidak mem-follow-nya di Twitter, hanya beberapa kali melintas di timeline. Namun saya kadang tentu mengklik profilnya dan melihat beberapa tweetnya, yang ketika itu tidak saya perhatikan dengan saksama.

Namun beberapa hari terakhir screen shot tweetnya bertebaran di timeline terutama mengkritisi sang presiden dengan bahasa yang (mungkin) kurang elok untuk ukuran seorang cendekia, pembicara, ahli ekonomi dan banyak keahlian lainnya yang dimilikinya.

Setelah screen shot tersebut bermunculan di timeline, akunnya dikunci. Saat sebelum dikunci sekilas saya melihat sekitar 31.200 tweet yang ia cuitkan selama ada di Twitter. Namun setelah dikunci, tinggal sekitar 30.000 - an tweet. Ini artinya ketika akunnya dikunci, ia berusaha menghapus masa lalu yang diwakili oleh tweetnya tersebut yang terlanjur jadi sejarah di internet.

Saya tidak mengkritisi tweet-tweet yang dipandang banyak pengguna tidak elok tersebut. Saya mencoba memberikan analisis mengapa interaksi kita di media sosial cenderung membuat kita lupa diri sehingga menjadi tidak awas terhadap risiko yang mungkin muncul di masa depan yang akan merugikan diri sendiri. Mengapa interaksi manusia dengan mesin (teknologi) cenderung melalaikan manusia terhadap risiko.

Media sosial dibangun di atas pondasi yang terlebih dahulu lebih maju, yaitu internet. Satu hal yang harus kita pahami tentang internet adalah adanya kekekalan informasi. Hal ini karena adanya proses penjaringan informasi yang secara terus-menerus yang dilakukan oleh mesin, terutama mesin Google. Banyak orang mengatakan bahwa jika anda sudah melontarkan informasi di internet, informasi tersebut tidak bisa lagi ditarik. Namun informasi tersebut bisa dihapus, tetapi tidak sepenuhnya terhapus.

Dengan adanya kekekalan informasi di internet, pengguna seharusnya sadar bahwa internet bukanlah tempat yang bagus untuk melakukan umpatan, sikap rasis dan berbagai macam sifat jelek lainnya karena sekali hal itu dilakukan, informasinya akan abadi di internet. Pengetahuan kekekalan informasi internet ini seharusnya mendorong pengguna berlaku lebih hati-hati ketika berinteraksi di internet.

Kemudian media sosial. Media sosial seperti Twitter memberikan keleluasaan dan kenyamanan bagi pengguna, hampir tanpa batas. Meskipun Twitter secara terang-terangan tidak menyetujui tweet rasis, bullying, kasar dan umpatan, namun hal tersebut bisa dilakukan oleh pengguna sepanjang tidak dilaporkan oleh pengguna lainnya. Kalaupun dilaporkan risikonya cukup kecil mengingat Twitter pun cukup khawatir kehilangan pengguna yang cukup punya nama dan membawa banyak percakapan ke Twitter.

Berbeda dengan media sosial lainnya, Twitter adalah media sosial yang sangat terbuka kepada publik. Satu-satunya cara mengurangi akses orang lain terhadap pengguna tertentu adalah dengan mengunci akun yang berakibat sangat tidak mengenakkan bagi banyak orang karena sedemikian terbatasnya hal yang bisa dilakukan. Hal ini berakibat, siapapun pengguna Twitter dapat stalking akun siapapun di Twitter tanpa perlu menjadi follower.

Tidak ada proses approve teman selama akun Anda tidak dikunci di Twitter. Hal ini membuat siapa saja dapat mencari Anda di Twitter dan menemukan apapun yang pernah anda lakukan. Dengan keterbukaan begitu besar kepada publik sudah seharusnya pengguna Twitter berhati-hati terhadap apa yang dicuitkan. Apalagi bagi seorang yang memiliki pendidikan sangat baik, ia kan berpikir tidak hari ini saja, mungkin jauh ke depan, 3 sampai 5 tahun mendatang.

Twitter bisa dikatakan sangat nyaman. Media 140 karakter ini bisa dikatakan sangat mudah digunakan. Hal ini mendorong pengguna untuk melakukan tweet apa saja sekehendak hati. Pengguna cenderung kurang awas terhadap apa yang akan terjadi nanti setelah tweet tersebut menjadi milik umum karena penafisiran tweet bukan lagi kuasa dari yang melakukan tweet, tetapi publik yang menerima atau membaca tweet tersebut sehingga pengertiannya akan berbeda dari yang diharapkan oleh pengguna. 

Tentu saja bukan hanya di Twitter hal tersebut terjadi. Sebagian besar media sosial oleh karena kondisi yang nyaman yang disediakannya membuat pengguna melupakan risiko. Risiko tersebut pada akhirnya melahirkan penyesalan. Hal ini dibuktikan oleh data yang tweetkan @Nukman :


Penyesalan pertama terkait dengan terlihat bodoh. Ini bisa saja seorang pengguna yang cukup banyak latar pendidikan dan kecakapan yang baik, ternyata melakukan kesalahan sehingga ia terlihat bodoh dengan kesalahan yang ia lakukan tersebut. Saya rasa dalam kasus calon walikota tersebut sedikit ada unsur terlihat bodoh karena sudah semestinyalah orang pintar dikendalikan akal pikiran, bukan emosi yang meluap-luap. Seorang cendekia akan selalu memikirkan tiga langkah di depan dibandingkan dengan memperturutkan hawa nafsunya.

Namun coba kita lihat penyesalan ketiga, yaitu I made a comment in the heat of the moment and I may have offended many people. Kata kunci yang bisa kita tarik di sini adalah offended many people. Ketika seseorang menyerang dengan tweet, seseorang yang cukup populer, tidak hanya di online tetapi juga di offline seperti Presiden dan Gubernur, itu artinya ia menyerang sekian banyak orang, mungkin seluruh pendukung kedua orang yang diserang tersebut.

Serangan ini menghasilkan efek berlipat ganda yang mungkin tidak akan hilang dengan mudah. Mengapa demikian?

Pertama adalah internet dan kemudian media sosial adalah dunia tanpa batasan. Yang akan mengomentari atau melakukan screen shot tweet bukan hanya orang yang akan memilih di daerah pemilihan tertentu, tetapi siapapun yang bersimpati dengan isu, siapapun yang merasa bahwa isu tersebut perlu diangkat sedemikian rupa. Mereka akan melakukan tweet balasan, paling tidak akan berkomentar dan menautkan komentar tersebut dengan peristiwa dengan berbagai cara, salah satunya dengan tagar agar mudah ditemukan. Cara-cara seperti ini akan membuat peristiwa yang terjadi di media sosial seperti Twitter menjadikan informasi mudah ditemukan, percakapan dengan cepat terlihat dan ujungnya adalah sulitnya menghapus jejak peristiwa tersebut karena sudah terhubung sedemikian rupa.

Kedua adalah  ketuk tular. Suatu isu tertentu di internet akan sangat mudah menyebar dengan adanya ketuk tular ini. Jadi akan sia-sia melakukan penghadangan atau relokasi isu terkait dengan kesalahan yang dilakukan. Mengunci akun dan menghapus tweet bukan sebuah cara yang bijak untuk menghadapi kesalahan yang sudah dilakukan. Hal ini malah cenderung membuat anggapan negatif. Pesan kesalahan akan sangat cepat menyebar, tidak hanya ke media sosial, seperti Facebook, Path, dan lainnya, tetapi juga di percakapan pribadi semacam chatting WhatsApp, Line KakaoTalk dan BBM. 

Akibatnya kesan yang ditimbulkan sedemikian jelek karena perulangan dan kait-mengkait informasi dalam berbagai macam platform yang sangat sulit dikendalikan. Hal yang bisa dilakukan hanyalah menerima dampak kesalahan tersebut.

Bila kita selidiki lebih jauh, sebenarnya kesalahan calon walikota tersebut bisa dikatakan sepele karena toh sangat banyak akun lainnya di media sosial yang lebih kasar dalam melakukan tweet dan kadang cenderung menghina. Namun terdapat perbedaan mencolok, yaitu mereka yang melakukan tweet kasar tersebut tidak maju dalam Pilkada dan bukan tokoh yang dikenal publik. Dengan kondisi seperti ini mereka hampir tanpa risiko apalagi kadang lebih sering menggunakan akun anonim. Namun ketika tweet serangan tersebut dilakukan oleh tokoh publik yang nantinya (jika terpilih) menjadi bawahan orang yang diserang sebelumnya, tentu saja ada risiko besar. Apalagi akun yang digunakan adalah akun resmi dan sekaligus digunakan menarik massa untuk memilih dirinya nanti di Pilkada.

Itulah pentingnya dalam bermedia sosial selalu memperhitungkan risiko dibandingkan kenyamanan dan banyaknya RT, komentar atau favorit yang diperoleh. Dalam bermedia sosial sikap bahwa Anda tidak akan tahu apa akibat tweet yang dilakukan haruslah selalu menjadi yang utama. Apalagi sebenarnya kualifikasi Anda adalah seorang cendekia.

Pertanyaan berikutnya apakah hal ini memengaruhi keterpilihan?

Saya tidak berani menjawab. Banyak faktor yang memengaruhi hal tersebut. Namun ada satu hal yang bisa dilakukan jika kita melakukan kesalahan, yaitu pertama meminta maaf. Kedua mengakui adanya kesalahan tersebut dan ketiga membuka kembali akun yang dikunci tersebut. 

Saya rasa untuk keterpilihan di Pilkada (mungkin) media sosial belum terlalu diperhitungkan. Namun, kesalahan tersebut akan menjadi catatan banyak orang sehingga akan mendorong preferensi mereka. Apalagi jika kubu lawan bisa mengelola isu ini dengan baik dan membawanya ke ranah offline.


Disclaimer: Analisis asal-asalan ini tidak ditujukan untuk memojokkan, lebih kepada melihat interaksi manusia di Twitter dan media sosial umumnya bisa menguntungkan sekaligus merugikan.

Related Posts:

Mengapa Anda atau #MahmudAbas Tidak Perlu Ikut-ikutan Kampanye #HariPertamaSekolah

Mungkin kampanye hari pertama sekolah
tak begitu penting bagi mereka
Sudah beberapa hari ini lini masa saya penuh dengan kampanye mengantar anak ke sekolah di hari pertama sekolah. Sungguh saya merasa bahwa kampanye seperti ini bertujuan sangatbaik, terutama bagi sang anak yang mulai mengenal lingkungan baru setelah lingkungan keluarga mereka.

Saya ingat waktu anak sulung saya pertama kali memasuki sekolah TK dan SD saya tak pernah mengantarnya di hari pertama sekolah (Ayah macam apa saya ini). Namun saya terkadang berurai air mata melihat rapor anak sulung saya itu yang tak pernah kurang bagus.

Mengantar anak ke sekolah di hari pertama sekolah adalah tugas istri saya. Mungkin demikian juga dengan suami-suami lain yang sudah memiliki anak usia masuk sekolah dan membuat sekolah penuh dengan ibu-ibu muda yang berdandan begitu rapi jali dan wangi melebihi anak yang mereka antar sehingga satpam sekolah yang paling menyeramkan sekalipun akan mencium wangi mereka dari jarak sekian meter.

Demikianlah ibu-ibu muda ini yang sering baru memiliki satu anak dan sering juga mengatur kelahiran anak mereka sedemikian bagusnya meskipun tidak perlu ikut akseptor KB di zaman orde baru, bergerombol di sekolah dan menampilkan pemandangan yang begitu menggoda. 

Mereka ini sering disebut MahmudAbas atau biasa dipanjangkan dengan Mamah Muda Anak Baru Satu (padahal tak melulu baru satu, intinya mereka ini mama-mama muda). Oleh karena mama-mama ini masihlah sangat muda dan punya peri penghidupan yang rata-rata lebih baik, mereka akan tampil heboh di sekolah. Dandanan yang padu padan, tas bermerek, mobil, smartphone atau tablet merupakan prasyarat yang perlu dipenuhi. Mereka pasti punya akun media sosial terutama Facebook dan Instagram dan bagi yang lebih advanced punya Twitter. Layanan BBM, WhatsApp dan Path terkadang juga sering digunakan oleh mereka. 

Kedekatan mama muda anak baru satu dengan perangkat teknologi seperti smartphone bukan suatu yang diragukan lagi. Anda bisa membuktikannya dengan melihat sekian banyak foto selfie atau wefie mereka di Facebook dan Instagram sehingga mereka merupakan pasar yang empuk untuk suatu kampanye, tak terkecuali kampanye Hari Pertama Sekolah.

Dan sesungguhnyalah bukan hanya mamah muda anak baru satu yang ikut kampanye hari pertama sekolah tersebut. Banyak juga bapak-bapak sadar atau tidak, dengan skenario atau menjadi buzzer pak menteri (eh) ikutan kampanye hari pertama sekolah tersebut. 

Sekali lagi saya katakan ini sesuatu yang baik. Namun adakalanya sesuatu yang dikira akan menghasilkan hal yang baik justru menghasilkan risiko yang tak diperkiarakan sebelumnya. Hal ini karena terkait dengan keamanan data. Banyak orang yang ikutan kampanye hari pertama sekolah tersebut mungkin tidak memperhitungkan risiko sehingga justru membahayakan anak anak mereka sendiri. Mereka bisa dikatakan sangat nyaman men-tag lokasi sekolah anak dan membaginya di media sosial, mengupload foto selfie atau foto close up anak (atau bersama anak) dan menyebutkan nama lengkap anak mereka.

Ini sesuatu yang berbahaya karena trend kejahatan saat ini telah bergeser dari kejahatan offline kekejahatan online atau paling tidak mengandalkan data gratis online untuk melakukan kejahatan offline. 

Media sosial adalah tambang data gratis yang sangat banyak dimanfaatkan penjahat. Hal ini karena kemudahan menemukan “sesuatu” di media sosial dibandingkan dengan buku kuning daftar telepon. Banyak pengguna media sosial yang karena kenyamanan yang diberikan media sosial tersebut mengabaikan risiko. Mereka dengan senang hati mengupload foto anak, foto sekolah anak, lokasi sekolah anak dan bahkan nama lengkap anak mereka. Data-data ini merupakan makanan empuk penjahat, terutama predator seksual anak. Akibatnya kampanye yang diharapkan positif tersebut malah berujung pemberian data gratis sekian banyak anak kepada predator seksual anak.

Pertanyaannya tentu saja mengapa hal tersebut terjadi? Mengapa kampanye bertujuan baik tidak selalu menghasilkan hal yang baik, malah berujung risiko dan menarik perhatian banyak predator seksual anak?

Tidak lain adalah karena rendahnya literasi penggunaan teknologi terutama smartphone. Harus diakui sangat banyak orang tua yang mampu membeli perangkat smartphone atau tablet yang mahal, tetapi terlalu sedikit yang memahami terlebih dahulu risiko memiliki gadget canggih dan mahal tersebut. Banyak orang tua yang paham melindungi anak mereka secara offline, namun lalai terhadap perlindungan online yang justru kini menjadi hal yang sama pentingnya dengan perlindungan offline.

Yang melakukan kampanyepun terkadang terlalu bernafsu kampanye mereka tersebut berhasil dengan alasan tertentu sehingga melupakan prasyarat dan mungkin semacam panduan bagi siapa saja yang mengikuti kampanye yang terkait dengan anak di internet/media sosial. Akibatnya mungkin tidak bisa segera kita perkirakan, namun sejauh ini kasus-kasus pelecehan seksual terhadap anak terus meningkat jumlahnya dan predator seksual anak terus berdatangan ke negara yang awareness -nya terhadap perlindungan data sangat lemah seperti Indonesia.  

Kita harus mengakui, kampanye terkait anak di internet sangat berisiko, terutama karena anak-anak tidak bisa membela diri mereka dari kesalahan orang dewasa yang di luar kendali mereka seperti me-tweet foto atau upload foto mereka. Anak-anak adalah kaum lemah bahkan ketika mereka berada di dekat orang tua mereka sendiri. Ketika awareness perlindungan terhadap mereka sedemikian rendah, apalagi yang bisa kita harapkan selain mereka menjadi makanan empuk para predator?

Artikel ini mungkin  berlebihan. Mungkin seperti sebuah ketakutan tanpa dasar yang jelas, tetapi siapapun harus mengakui bahwa mamah muda anak baru satu itu suatu fakta tak terbantahkan (:D).

Related Posts:

5 (Lima) Aplikasi yang Harus Dibuang dari Android

Facebook
Banyak orang yang asal pasang aplikasi di Android mereka. Berbagai alasan dikemukakan untuk dijadikan pembenaran karena memasang aplikasi tersebut, misalnya takut terkena virus bila tidak memasang aplikasi antivirus. Padahal sebagaimana dikemukakan oleh Google, aplikasi antivirus termasuk aplikasi yang mubazir alias tidak perlu.

Berikut ini beberapa aplikasi yang sebenarnya yang perlu Anda buang di Android anda karena berbagai alasan. Tentu saja ini pengalaman saya sendiri dan melihat artikel di Android Pit beberapa hari yang lalu.

1. Aplikasi Antivirus Gratis atau Berbayar

Sekitar tahun 2012 hingga pertengahan 2014, setiap memiliki smartphone atau tablet baru, aplikasi antivirus merupakan aplikasi pertama yang saya pasang, sebelum memasang aplikasi lainnya. Tujuannya tidak lebih untuk mencegah terkena virus. 

Setelah mengalami sendiri sekian banyak perangkat Android (smartphone/tablet) yang saya miliki tidak satupun yang terkena serangan virus atau malware saya berkesimpulan bahwa aplikasi antivirus bukan lagi aplikasi yang layak untuk dipasang. Demikianlah, mulai pertengahan tahun yang lalu, saya tidak lagi memasang aplikasi antivirus. 

Saya berkesimpulan, serangan virus atau malware sangat terkait dengan gaya menggunakan perangkat. Misalnya jika Anda sering menggunakan perangkat Android Anda untuk mengunjungi situs berisiko, seperti situs esek-esek, virus dan malware akan sangat mudah menyusup ke perangkat karena situs-situs tersebut merupakan sarang virus dan malware. Demikian juga bila Anda sering menginstal aplikasi non Google Play dengan APK yang tidak jelas sumber dan otorisasi situsnya.

Perlu juga Anda ketahui bahwa sistem operasi Android merupakan sistem operasi yang sangat aman sebagaimana diungkapkan oleh Android Pit:
Android natively protects your device from attacks and provides encryption of your phone. You're more likely to have your device stolen than you are to have it compromised from within. Moreover, Google is pretty quick to remove potentially harmful apps from the Play Store.
Nah jika saat ini anda masih menggunakan aplikasi antivirus, sudah saatnya anda membuang aplikasi tersebut, sekarang juga.

2. Default Browser

Salah satu kelemahan Android adalah adanya default browser yang tidak bisa dihapus kalau perangkat tidak di-root. Padahal di Google Play tersedia berbagai browser yang sering menjadi pilihan pengguna sehingga default browser hampir-hampir tidak pernah digunakan. Tentunya default browser ini akan membebani memori perangkat. Untuk itu jika tidak mau melakukan root, ada baiknya default browser tersebut di-disable.

Saya sendiri lebih menyukai menggunakan Chrome sehingga di setiap perangkat yang saya miliki saya men-disable default browser ini karena saya tidak melakukan root terhadap perangkat.

3. Aplikasi Boost Performance

Sering sekali pengguna tertipu dengan aplikasi yang mampu meningkatkan performa perangkat setelah menggunakan banyak aplikasi. Aplikasi ini antara lain Clean Master. Aplikasi tersebut mengatakan mereka mampu membersihkan berbagai aplikasi yang dijalankan atau menghapus berbagai tugas sehingga perangkat kembali kencang. Padahal belum tentu demikian karena tetap ada cached data yang tertinggal di setiap aplikasi.

Daripada menginstall aplikasi boost performance tersebut, lebih baik Anda melakukan langkah mudah ini, yaitu klik setting, klik storage dan klik cached data dan pilih OK. Cara lain adalah klik setting, lalu apps, lalu klik aplikasi. Nantinya terlihat seberapa besar cached datanya dan hapus cached data tersebut.

Nah jika saat ini masih menggunakan aplikasi seperti clean master, cleaner, cc cleaner dan banyak aplikasi serupa, sudah semestinya Anda membuang aplikasi tersebut.

4. Aplikasi Cuaca

Saya termasuk orang yang jarang sekali mencari tahu cuaca melalui aplikasi. Bahkan bila perangkat yang saya beli menyertakan aplikasi seperti Accu Weather, aplikasi tersebut langsung saya hapus atau disable. Saya malah lebih mengandalkan Google Now untuk melihat cuaca hari tertentu karena di sana memang telah termasuk kondisi cuaca.

Demikian juga dengan memasang weather widget. Hal ini hampir tidak pernah saya lakukan mengingat tumpang-tindih dengan Google Now. Selain itu tentu akan berakibat juga kepada pemakaian baterai karena aplikasi cuaca tersebut sebenarnya tidak dibutuhkan. Nah segeralah buang aplikasi atau widget cuaca di Android Anda, lebih baik menggunakan Google Now atau menggunakan OK Google untuk mengetahui cuaca.

5. Facebook

Ini sangat personal. Facebook bagi sebagian orang merupakan jendela yang sangat penting untuk terkoneksi dengan teman, keluarga atau gebetan atau selingkuhan. Bagi saya sejak kehadiran Google Plus, Facebook sudah menjadi masa lalu. Oleh karena itu, setiap ada perangkat Android baru yang menyertakan aplikasi Facebook, langsung saya hapus.

Bagi Anda mungkin tidak perlu seperti hal tersebut karena Anda punya akun Facebook. Namun satu saran saya, coba perhatikan besaran aplikasi Facebook tersebut. Saya kira tidak kurang dari 200 MB. Hal ini akan sangat menyiksa perangkat Anda. Selain itu adanya risiko privasi karena sedemikian banyak syarat yang harus Anda setujui sebelum memasang aplikasi Facebook tersebut.

Untuk itu, lebih baik anda membuat shortcut Facebook mobile daripada memasang aplikasi Facebook karena lebih ringan dan anda tetap bisa terkoneksi dengan teman atau gebetan. Caranya adalah buka Facebook mobile di Chrome, lalu klik tiga titik di ujung link Facebook tersebut, nanti akan ada pilihan Add to Home Screen, klik akan muncul pilihan nama shortcut dan kemudian muncul shortcut Facebook di Home screen. Jangan lupa sebelum membuat shortcut login dulu ke akun Facebook Anda.

Setelah membuat shortcut Facebook di home screen, saatnya anda membuang aplikasi Facebook dari Android Anda.

Selamat mencoba!

Bahan acuan: Android Pit

Related Posts:

Review: Smartfren Andromax Ec, Smartphone 4G LTE yang Sangat Layak Dibeli

Smartfren Andromax Ec 4G LTE
Penetrasi handset dengan koneksi 4G terus tumbuh sepanjang tahun 2014 hingga pertengah tahun 2015 ini, Diperkirakan pertumbuhan tersebut akan terus terjadi mengingat koneksi 4G LTE baru saja hadir di Indonesia melalui beberapa operator. Salah satu operator yang giat melakukan ekspansi koneksi 4G LTE adalah Smartfren Telekom dengan merilis 5 smartphone 4G LTE mereka beberapa waktu yang lalu dan juga dua buah modem 4G LTE. Salah satu smartphone 4G LTE Smartfren, yaitu Andromax Ec saya gunakan beberapa hari terakhir. Berikut ini merupakan pengalaman saya menggunakan Andromax Ec sekaligus pengalaman menggunakan koneksi 4G LTE Smartfren. Perlu diketahui harga Andromax Ec ini dipatok sangat murah oleh Smartfren, yaitu kurang dari satu juta rupiah atau tepatnya Rp999.000,00.

Spesifikasi Andromax Ec

Jika Anda melihat harga Andromax Ec, Anda akan sangat paham spesifikasi apa yang akan anda peroleh. Dengan harga kurang dari satu juta rupiah, tentu saja spesifikasinya tidak wah, namun yang pasti sangat sesuai dengan harga tersebut. Anda tidak akan merasa rugi untuk membayarkan uang sebesar Rp999.000,00 untuk memperoleh Andromax Ec ini karena ketersediaan koneksi 4G LTE-nya. 

Secara lengkap spesifikasi Andromax Ec adalah sebagai berikut:

Layar WVGA seluas 4 inchi. prosesor Snapdragon 410 1,2 Ghz quad core, RAM 1GB dan ROM 8GB (plus slot micro SD card up to 32GB), kamera belakang 5 mpx, kamera depan 5 mpx, baterai 1500 mAh, serta teknologi DTS Sound. Andromax Ec sudah berbasis Android Lollipop 5.0.2 dengan multi koneksi CDMA EVDO, GSM dan 4G LTE.

Dilihat dari spesifikasi tersebut hampir tidak ada yang menonjol dari Andromax Ec. Namun dengan kemampuan multi koneksinya pelanggan diuntungkan karena memiliki lebih banyak pilihan dalam berkomunikasi, misalnya untuk SMS menggunakan GSM, untuk data bisa menggunakan EVDO dan 4G LTE jika sudah tersedia.

Saya rasa spesifikasi Andromax Ec ini sudah lebih dari cukup untuk smartphone entry level terlebih nanti jika koneksi 4G LTE sudah tersedia merata di banyak tempat, harga yang dibayarkan pelanggan akan sangat sepadan.


What's In The Box

1. Smartphone Andromax Ec 4G LTE
1. Buku Panduan
1. Kartu Garansi
1. Headphone
1. Charger + Kabel Data
1. Baterai
1. SIM Smartfren 4G LTE
1. Paket Bonus Data 2GB + 6GB selama satu minggu

Saya sangat senang dengan apa yang diberikan Smartfren kepada pelanggan bila membeli Andromax Ec, terutama paket data gratis yang sangat besar. Untungnya di tempat saya, di Ciawi Bogor, koneksi 4G LTE Smartfren sudah tersedia sehingga paket data tersebut terasa sangat membantu dalam mengupdate berbagai aplikasi dan browsing gratis selama seminggu dengan kecepatan tinggi.

Tonton Video: Unboxing Smartfren Andromax Ec 4G LTE




Desain dan Hardware

Secara desain, Andromax Ec ini sekilas terlihat iPhone yang berukuran 4 inchi. Andromax Ec berbentuk bar dengan bahan plastik matte yang menjadi penutup di bagian belakangnya. 

Andromax Ec berbentuk bar yang cukup tebal dengan layar  WVGA (480 x 800 pixel) seluas 4 inchi. Bagian belakang smartphone seperti biasa berupa plastik matte yang dapat dibuka dengan mudah. Bagian pinggir  diberikan nuansa emas yang cukup menarik untuk dipandang mata. Tombol ON/OFF berada di sisi kanan, sedangkan port untuk mengisi baterai  berada di sisi bawah. Tidak ada pemisahan antara tombol volume (+) dan volume (-) yang terdapat di sisi kiri smartphone.

Layar dengan kualitas WVGA di Andromax Ec ini harus diakui terlihat redup. Hal ini memaksa pengguna menaikkan indkator kecerahan layar ke titik tertinggi. Dengan kecerahan layar yang tinggi tentu saja akan berimbas kepada kinerja baterai.

Secara desain tidak ada hal yang spesial dari Andromax Ec hal ini karena smartphone ini ditujukan untuk kelas pemula dan lebih diutamakan adalah kemudahan dalam menggunakan. Hal ini cukup bagus karena Andromax Ec ini mudah digunakan, tidak membawa UI tertentu dan pengguna dapat dengan mudah beradaptasi.

Bagian depan Andromax Ec juga ditempatkan kamera depan berosolusi 5 megapiksel. Selain itu terdapat juga speaker. Bagian belakang terdapat kamera di bagian tengah badan ponsel yang juga berkekuatan 5 megapiksel.

Prosesor yang diberikan Smartfren untuk Andromax Ec adalah Qualcomm Snapdragon 410 1,2 Ghz quad core, RAM 1GB dan ROM 8GB (plus slot micro SD card up to 32GB). Saya rasa prosesor ini sudah cukup baik untuk smartphone entry level seperti Andromax Ec ini. RAM dan ROM yang diberikan juga cukup bagus di mana biasanya Smartfren berkutat dengan ROM 4GB, kini naik kelas ke 8GB sehingga cukup tersedia banyak storage sebelum pengguna membeli tambahan micro SD Card.

Tampak Depan Andromax Ec

Tombol ON/OFF

Port headphone 

Port charger/data

Bagian belakang Andromax Ec
Kinerja

Berbicara kinerja hal yang terpenting untuk smarthone entry level adalah kemampuan untuk bisa terhubung dengan berbagai aplikasi media sosial dan kelancaran melakukan browsing. Dengan prosesor quadcore 1,2 Ghz hal tersebut sebenarnya sudah sangat memadai. 

Saya menggunakan Andromax Ec untuk Twitter, Google Plus, aplikasi Google Maps, Waze dan melakukan browsing, panggilan serta SMS. Untuk tugas-tugas tersebut, Andromax Ec ini sudah memadai. Apalagi dengan koneksi 4G LTE segalanya serba sangat cepat. Hal yang paling saya rasakan adalah saat melakukan tweet menggunakan foto atau screen shot yang biasanya perlu menunggu beberapa saat, namun di Andromax Ec hampir tanpa waktu menunggu. Selain itu saya menonton video favorit di YouTube. Koneksi 4G LTE Smartfren meniadakan buffer dan dapat mendownload video yang baru saya tonton dengan cepat.

Selain itu saya menggunakannya juga untuk bermain Race The Stig, permainan balap yang saya gemari. Game ini dapat berjalan dengan baik meskipun kualitas layar hanya WVGA. Saya tidak menemukan lag ketika menggunakan berbagai aplikasi favorit saya seperti membaca dan membagi berita dari aplikasi Google News Stand. Juga ketika membagi artikel dari Google Plus ke Twitter. Tugas-tugas sederhana ini dapat berlangsung dengan baik.

Saya merasakan bahwa GPS-nya cukup cepat menentukan lokasi dan akurat. Sejauh melakukan pengujian Andromax Ec ini memiliki kinerja yang baik. Namun tentu saja ada batasan seperti layar yang hanya berkualitas WVGA seluas 4 inchi. Pengalamannya akan berbeda dengan layar berkualitas lebih tinggi dan lebih lebar. 

Game Race The Stig ini didownload
dalam waktu kurang dari 10 detik

Video Maliq & D'essentials tanpa buffering
dan didownload dengan cepat

Menggunakan aplikasi Waze

Tweet tanpa harus menunggu



Kinerja Kamera

Smartfren selalu memperhatikan sisi kamera. Meskipun untuk entry level, Smartfren memberikan kamera berkekuatan sama besar untuk kamera depan dan belakang Andromax Ec ini, yaitu 5 megapiksel. Untuk smartphone entry level, saya rasa ini sudah sangat memadai. 

Foto yang dihasilkan dari kamera Smartfren ini untuk kondisi terang sudah cukup baik. Tambahan fitur HDR juga cukup membantu. Bagi saya kamera memang bukan unsur nilai jual di kelas entry level. Hasil foto jelas terlihat, objek dapat direkam dengan mudah dan hasilnya baik sudah sangat mencukupi. Jika butuh hasil yang lebih, penggun bisa menggunakan mode Potrait, Landscape, Sport, Flowers, Backlight, Candlelight, Sunset, Night, Beach dan Snow yang disediakan Andromax Ec.

Jujur fokus penggunaan kamera bagi saya kebanyakan hanyalah Auto dan sesekali HDR. Hal ini karena tidak banyak pengguna yang mau repot-repot untuk mengatur pemakaian kamera mereka. Mereka akan cukup senang dengan hasil otomatis yang dihasilkan kamera smartphone yang di Andromax Ec ini sudah cukup bagus. Berikut ini beberapa hasil foto dari kamera Andromax Ec.

Automatic

Automatic

HDR

Automatic

Automatic

Bunga Taman Bunga Nusantara
Automatic


Automatic

Automatic

Automatic

HDR

Kinerja Baterai

Baterai yang diberikan Smartfren di Andromax Ec ini sebesar 1500 mAh. Kekuatan baterai ini sudah cukup untuk smartphone dengan layar WVGA 4 inchi. Jika menggunakan secara cukup aktif dan berbagai aplikasi media sosial, GPS, browsing, serta ambil foto cukup banyak plus menjadi hotspot baterai bisa bertahan hingga 4 jam hingga indikator baterai menunjukkan angka 14%. Kualitas layar yang hanya WVGA memaksa saya menaikkan indikator kecerahan layar ke titik tertinggi sehingga berimbas kepada kinerja baterai yang cenderung lebih cepat habis. 

Namun demikian hal tersebut tentu dapat disiasati dengan mengatur kecerahan layar. Artinya layar jangan terlalu cerah agar baterai dapat bertahan lebih lama.

Kinerja Baterai


Koneksi 4G LTE Smartfren

Untuk diketahui Smarfren menggunakan dua standar 4G LTE, yaitu time division duplex (TDD) di 2300 MHz dan frequency division duplex (FDD) di 850 MHz. Saya rasa yang tengah dicoba oleh Smartfren saat ini adalah FDD di spektrum 850 MHz. Hal ini terbukti dengan kecepatan download dan upload yang cukup berimbang.

Ketika menggunakan Andromax Ec saya sempat kaget karena lokasi tempat tinggal saya di Ciawi sebelumnya tidak akrab dengan sinya EVDO Smartfren. Saya sering harus berada di halaman agar dapat koneksi yang lumayan bagus. Namun pada koneksi 4G LTE, sinyalnya bisa dikatakan sangat kuat dan stabil. Dari beberapa uji kecepatan diperoleh sebagai berikut:







Hal lain yang menggembirakan adalah coverage area 4G LTE Smartfren di Ciawi dan sekitarnya yang lumayan luas dan stabil bahkan pada titik-titik tertentu sepanjang jalur Ciawi-Puncak juga tersedia koneksi 4G LTE Smartfren. Di dekat Puncak Pas misalnya dan di Taman Safari saya bisa memperoleh koneksi 4G LTE Smartfren.

Demikian juga dengan arah ke Sukabumi. Sepanjang jalur hingga Warung Nangka (sebelum Cikretek) saya masih bisa memperoleh sinyal 4G LTE Smartfren meskipun tidak stabil. Intinya saya rasa Smartfren untuk daerah Ciawi dan sekitarnya selangkah lebih maju dibandingkan operator lainnya dengan tersedianya koneksi 4G LTE mereka.

Hal ini tentu saja sangat menguntungkan bagi pelanggan yang ingin mencoba koneksi cepat 4G LTE dengan bermodal smartphone Andromax Ec yang harganya sangat terjangkau. Saya rasa untuk saat ini pelanggan di sekitar Ciawi (mungkin juga Bogor) sangat diuntungkan jika membeli Andromax Ec ini karena sudah tersedianya koneksi 4G LTE Smartfren yang stabil.

Kesimpulan

Dengan harga kurang dari satu juta rupiah, Andromax Ec memberikan pengalaman internet kencang di koneksi 4G LTE Smartfren. Saya rasa harga kurang dari satu juta tersebut bukan sesuatu yang mahal dan pelanggan tidak perlu pikir dua kali untuk membelinya mengingat koneksi 4G LTE Smartfren dan bonus data yang sangat besar yang sudah termasuk dalm paket pembelian.



Related Posts:

Apakah Iklan Google Melakukan Diskriminasi terhadap Perempuan

Kehidupan online kita adalah representasi kehidupan offline. Bila Anda tidak percaya, sesekali ikutilah sebuah forum di mana kegiatan caci-maki sudah menjadi hal yang biasa. Bisa diperkirakan mereka yang suka memaki di online, di offline cenderung lebih mudah memaki. Namun tentu saja ini masih dalam perdebatan dan keakuratan hipotesis ini masih perlu diulik agar tidak terkesan menggeneralisasi. Akan tetapi sesuatu yang pasti adalah, pengguna internet cenderung akan selalu membawa apa yang mereka lakukan di offline ke online.

Demikianlah. Pada dasarnya kita memiliki anggapan-anggapan tertentu tentang bagaimana dunia ini berlaku. Kebanyakan dari kita masihlah mengiyakan adanya supremasi atas perempuan oleh laki-laki, sengaja atau tidak. Jika Anda tidak percaya, silahkan lihat seberapa banyak hadiah yang diperoleh oleh pemenang perempuan di kejuaraan Tennis yang berpredikat Grand Slam. Umum diketahui bahwa hadiah untuk laki-laki lebih besar dari perempuan pada kategori yang sama. Ini tentu bukan sesuatu yang ideal. Ini tidak setara. Kondisi seperti ini juga akan muncul di online karena semua orang membawa yang mereka pahami dan yakini ke internet.

Internet juga tidak terlepas dari kondisi tidak setara tersebut. Baru-baru ini sebuah penelitian dari peneliti di Carnegie Mellon University yang berjudul Automated Experiments on Ad Privacy Settings : A Tale of Opacity, Choice, and Discrimination memberikan bukti bahwa :
Google’s online advertising system, for instance, showed an ad for high-income jobs to men much more often than it showed the ad to women.
We also found that setting the gender to female resulted in getting fewer instances of an ad related to high paying jobs than setting it to male. 
Ini berarti, iklan Google terutama iklan pekerjaan dengan kualifikasi high paying jobs lebih banyak muncul kepada laki-laki dibandingkan kepada perempuan. Hal ini tentu akan mempersempit kesempatan kaum perempuan untuk memperoleh pekerjaan dengan bayaran tinggi sehingga jelas terjadi diskriminasi. 

Sampai di sana saya kira pertanyaannya adalah apakah iklan Google melakukan diskriminasi gender dengan lebih mengutamakan laki-laki daripada perempuan untuk pekerjaan dengan bayaran tinggi? Apakah algoritma Google memang dirancang seperti itu sehingga bisa mempersempit kesempatan perempuan memperoleh pekerjaan dengan bayaran tinggi?

Sebentar kita kembali ke belakang untuk memahami algoritma. 
Algorithms, which are a series of instructions written by programmers, are often described as a black box. Often, algorithms and online results simply reflect people’s attitudes and behavior. Machine learning algorithms learn and evolve based on what people do online.
Saya memahami algoritma pencarian Google seperti yang dikemukakan di atas. Algoritma belajar dari apa yang dilakukan manusia di internet. Semakin banyak yang dilakukan pengguna tentang suatu topik tertentu, akan lebih mudah bagi algoritma untuk menentukan hal-hal selanjutnya. 

Oleh karena pengguna online membawa sekian banyak anggapan-anggapan offline yang mereka pahami, tentu saja hasilnya tidak akan jauh berbeda dengan anggapan yang mereka pahami tersebut. Mereka yang cenderung partisan akan mudah bertemu dengan yang partisan lainnya. Mereka yang suka memaki akan berkelompok dengan tukang maki lainnya. Demikian juga dengan kasus pekerjaan dengan bayaran tertinggi tersebut.

Tentu hal ini tidak menafikan peran manusia. Meskipun sedemikian pintarnya algoritma, namun peran manusia dibaliknya tentu perlu ditelisik. Apakah manusia turut campur dalam menentukan algoritma Google tersebut dan cenderung dikendalikan untuk menampilkan hasil pekerjaan tinggi kepada laki-laki daripada perempuan. Namun bila itu terlepas sama sekali dari campur tangan manusia, hal ini menggambarkan dunia nyata yang kita hadapi.

Kita harus mengakui masih banyak orang, tidak hanya di Indonesia di mana budaya patriaki begitu kentara, namun juga negara maju yang beranggapan bahwa pekerjaan bagus dengan upah tinggi lebih cocok untuk laki-laki dibandingkan perempuan. Perempuan masih dipandang sebagai kaum kelas dua sehingga isu kesetaraan itu sebenarnya memiliki dinding yang lebih tinggi untuk dihancurkan dibandingkan dengan yang diperkirakan sebelumnya.

Dalam kasus iklan yang diskriminatif ini saya berpendapat bahwa isu kesetaraan dalam setiap hal memang belum sepenuhnya tuntas, bahkan di dunia maju yang menganggap perempuan (sebenarnya) sudah setara dengan laki-laki. Majikan yang mampu membayar tinggi untuk posisi tertentu cenderung lebih suka laki-laki dibandingkan perempuan, padahal perempuan punya kemampuan yang tidak kalah bagusnya. Posisi strategis dengan bayaran tinggi lebih sering diiklankan kepada laki-laki karena (kemungkinan) lebih mudah untuk terisi (karena adanya) dominasi laki-laki atasi perempuan yang belum sepenuhnya luruh.

Hal-hal seperti itu, anggapan-anggapan dominasi laki-laki atas perempuan saya kira akan memengaruhi hasil pencarian mesin Google yang memang belajar dari perilaku pengguna. Seperti telah saya tulis sebelumnya bahwa apa yang dihasilkan di dunia internet ini (hampir) tidak akan jauh berbeda dengan dunia offline, meskipun dalam beberapa kasus hal ini sama sekali bertolak belakang.

Saya percaya yang mencari pekerjaan dengan bayaran tertinggi tersebut lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan. Di sisi lain, pemberi kerja juga memiliki persepsi yang serupa, bahwa pekerjaan dengan bayaran tertinggi lebih cocok untuk laki-laki (meskipun harus diakui oleh karena isu gender, perempuan seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk posisi tersebut).

Saya kira butuh penelitian lebih lanjut untuk menentukan sejauh mana sebenarnya real world menampilkan gambaran manusia di internet. Namun setidaknya kita mengetahui bahwa persepsi kita, pengetahuan yang kita miliki, pendapat kita bisa muncul di internet dan membentuk diri kita yang lain yang seharusnya tidak jauh berbeda dengan yang ada di dunia nyata tersebut. Iklan pekerjaan dengan bayaran tinggi yang lebih sering muncul untuk laki-laki tersebut adalah fakta real world yang harus segera kita perbaiki.

Related Posts: